Selasa, 18 Agustus 2009

Pacaran...........


Tadi pas lagi asik duduk di anjungan pantai losari, saya memperhatikan orang - orang yang lagi asik menikmati suasana. ada yang duduk bersama teman ataupun pacarnya. saya lansung teringat tentang banyaknya tulisan - tulisan yang berseliweran di facebook tentang hubungan dengan pacarnya. Ada yang bahagia karena abiz jalan sama pacarnya, ada yang bingung karena gak dihubungi , dan ada juga yang meratap karena baru saja ditinggal kekasih. kata - kata seperti:

HaTiku hAmPa karna_mUu,

all things are remains of you,

HIDUP TERLALU SEMPIT UNTUK MENGINGATNYA KEMBALI...!!!


cm pngen tau apa kbr dirimuuu???

selalu mengisi status di fecebook.


kalau kita menelaah kembali tujuan dan makna pacaran itu buat apa sich?
Ketika Anda ditanya, 'sudah punya pacar?'. Dengan bangga Anda menjawab, 'sudah'. Namu bagaimana bila jawaban Anda 'belum', apa yang Anda rasakan? Rasa malu biasanya akan menghantui. Benarkah fenomena pacaran adalah suatu kebutuhan?

Jomblo-wan dan jomblo-wati acap kali di buat mati kutu oleh citra yang ditampilkan media. Tengoklah kisah-kisah di televisi, majalah, novel, bahkan syair lagu, hampir semua bercerita tentang kisah kasih orang pacaran.

benarkah seseorang belum lengkap kalo gak punya pacar?
Sehingga seolah - olah pacaran mampu mengatasi semua permasalahan. mengingat beberapa waktu yang lalu saya dan teman saya beradu argumen karena seorang kenalan yang mengeluh tentang sang pacar yang membingungkan tingkahnya......



Cinta.... alasan yang digunakan untuk semakin memperparah kebingungan kita pada makna pacaran itu sendiri.Saya sempat membaca tulisan
Erich Fromn, dalam bukunya The Art of Loving,bahwa ada empat ciri cinta, yaitu tahu, tanggung jawab, peduli dan respek. Cinta itu kekuatan, kemandirian, integritas diri yang dapat berdiri sendiri dan menanggung kesunyian. Cinta yang sesungguhnya adalah cinta yang dapat mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh yang kita cintai

Namun cinta dan gaya pacaran jaman sekarang telah melenceng dari makna cinta itu sendiri. Cinta diantara dua insan manusia seringkali justru bersifat destruktif atau merusak.Perlakuan perlakuan seperti saling membatasi, dan makna "MEMILIKI" yang salah juga telah merusak makna cinta itu sendiri.

Mengapa perilaku pacaran menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat yang sepertinya bersifat harus? Sebuah pertanyaan yang setiap orang punya jawaban masing-masing tentunya.

Sekali lagi saya punya ungkapanyang patut kita Renungkan bersamadari Erich Fromm berikut ini, ' Cinta membutuhkan kesenangan dalam ketenangan, sebuah kemampuan untuk menikmati proses menjadi dan bukan bertindak, memiliki atau memanfaatkan '. Jangan lakukan apa yang tidak patut dilakukan dan jangan inginkan apa yang tidak patut diinginkan.

Jadi , jika pacaran hanya mendatangkan derita........ haruskah itu disebut cinta?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar